Sayang, sepertinya alur takdir di tangan mengarahkan saya ke rangkaian pengalaman serba pertama yang mengagetkan, sekaligus salut alias angkat topi. Kejutan pertama datang dari Azizah. Siapa itu Azizah?. Wanita berusia 24 tahun ini menyapa saya saat kebingungan mencari lokasi bagi pemegang visa Dubai.
"Assalamu'alaikum," ucapan yang membuat saya menoleh ke kiri. Maklum, sejak turun dari pesawat lalu menggunakan eskalator, mata saya fokus mencari tulisan 'Visa Holder'. Gara-gara Azizah, saya terhenti, dan alasannya tak lain adalah ucapan salam tersebut, yang tentu saja langsung saya jawab sesuai kaidah ajaran Islam.
Sembari tersenyum, Azizah menawarkan diri membantu untuk mencari lajur ke arah yang saya butuhkan. Belum selesai rasa terkejut, Azizah seolah mengerti kalau saya terlihat masih kuyu akibat perjalanan Jakarta - Dubai, yang saya pikir hampir sama dengan terbang Jakarta - Jayapura.
Sekali lagi, hal itu juga kejutan pertama, sepanjang pengalaman saya berurusan dengan terbang dari satu ke tempat lain. "Syukron", kata yang berarti 'Terima Kasih' itu menjadi senjata balasan yang tak kalah nyaman dibanding sapaan salam pertama Azizah.
Berkat Azizah, saya bisa mendapatkan antrian yang singkat, dan tak perlu lama untuk mendapatkan cap masuk yang memiliki tulisan 'UAE' dan kode angka '12507' tersebut. Sambutan mewah khas karya negara petro dolar tersebut langsung terlihat.
Pilar-pilar kokoh, rangkaian kursi yang memancing setiap orang beristirahat sejenak, lalu ada pilihan aneka kopi 'warung kecil' sekitar 50 meter dari gerbang otoritas visa. Saya sejenak berpikir bisa bandara internasional Sukarno-Hatta memiliki layanan istimewa seperti itu di seluruh terminal, tak hanya di area Terminal 3 saja.
Sembari mengkhayal tentang bandara kebanggaan kita, saya arahkan kaki melalui jalur jalan kaki, bukan menggunakan tumpangan atau lift khusus. Saking asiknya menerawang sembari memuji betapa megahnya bangunan Bandara Internasional Dubai (DXB), saya tak sadar kalo ada orang lain yang seolah-olah membuntuti saya.
Seakan mengerti raut muka saya yang waspada, sosok manusia yang berusia 35 tahun tersebut langsung menjelaskan tanpa saya bertanya. Tak sampai 10 detik ia mengucapkan sebuah kalimat pembuka yang sangat mulia, dan sekali lagi, membuat saya kaget sekaligus kagum.
"Boleh saya bantu membawakan tas Anda?". Sekilas kalimat itu sungguh biasa ada di telinga kita. Tapi, cara menyampaikan dengan nada yang lemah-lembut, membuat saya tak mengira sedang berada di Dubai.
Itulah Amir Mukharom; lafal, mimik yang ikhlas sampai uluran tangan yang tak mampu saya tolak. Prilaku mulia Amir sukses memberi gambaran sebuah kota yang tak selalu berurusan dengan dunia bisnis dan perputaran uang miliaran dolar AS per bulan tersebut.
"Anda adalah tamu kami, dan seluruh negeri akan menyambut Anda dengan sukacita. Namun, karena Anda baru saja sampai, Anda layak mendapatkan satu perwakilan pembuka, yakni saya," sebut Amir.
Setelah 'layanan' kelas satu dari Amir, saya semakin yakin akan mendapatkan banyak hal yang 'serba pertama' selama di Dubai. Kita tunggu saja sajian tulisan berikutnya. (bersambung)
from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2FPhHkb
No comments:
Post a Comment