Pasangan suami-istri Gaban Nainggolan (38) dan Maya Boru Ambarita (37) serta dua anaknya Sarah Boru Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7) ditemukan tewas di rumahnya, Jalan Bojong Nangka II RT 002 RW 007, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11/2018).
Keluarga tersebut merupakan pengelola kontrakan yang persis berada di belakang rumah mereka. Pemilik kontrakan itu, kakak korban bernama Douglas Nainggolan, sudah diperiksa pihak kepolisian. Namun, hingga kini belum jelas motif serta pelaku pembunuhan.
Namun, dari penuturan sejumlah saksi mata, bisa disimpulkan adanya sejumlah misteri sepanjang malam hingga ditemukannya korban yang sudah tak bernyawa.
Dari informasi di lapangan, saksi Feby Lofa Rukiani yang tinggal di kontrakan korban mengaku melihat gerbang kontrakan sudah terbuka dan televisi di ruang kontrakan korban menyala semkitar pukul 03.30 WIB.
Namun, saat Feby memanggil salah seorang korban dari luar rumah, tidak ada jawaban dari dalam. Feby pun menelepon korban, tapi tidak diangkat. Kemudian Feby ke kembali ke kontrakannya.
Menurut Feby, pukul 06.30 WIB biasanya korban sudah mau berangkat, namun pagi itu dia belum melihat mereka bersiap-siap untuk kerja. Feby pun curiga serta penasaran dan akhirnya mencoba membuka jendela rumah korban. Ketika melihat ke dalam ruangan, Feby mendapati korban sudah tergeletak dan berdarah.
Yapi, tetangga korban yang lain, mengatakan, pukul 05.45 WIB dia hendak membeli barang di warung yang berada di depan rumah korban. Warung itu juga milik Douglas, kakak korban yang juga pemilik kontrakan.
"Saya tunggu toko dibuka. Jam 6 lebih, ada orang kontrakan dalam teriak. Saya lihat sudah terbuka, jendelanya kebuka. Saya lihat sudah begitu (meninggal) dan berdarah. Ada uang Rp 100.000 (di sekitar korban). TV menyala," ujar Yapi.
Feby dan Yapi pun langsung memanggil warga lainnya untuk mengecek korban dan melaporkan kejadian itu ke pengurus RT dan Polsek Pondok Gede.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menegaskan, pihaknya masih melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan penyelidikan untuk bisa mengungkap kasus pembunuhan satu keluarga ini.
"Penyelidikan masih jalan. Tapi kalau misalnya ini pencurian dan kekerasan, itu korban dan tersangka 100 persen tidak kenal. Tapi kalau pembunuhan antara korban dan tersangka di atas 60 persen itu pasti kenal," kata Dedi di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa 13 November 2018.
Ia pun menjelaskan, jika olah TKP berjalan dengan benar dan baik, kasus ini pasti dengan cepat dapat bisa diungkap.
"Biasanya kalau ini murni pembunuhan kalau olah TKP polisinya itu mateng 75 persen kasus itu pasti terungkap. Kalau murni pembunuhan loh ya. Kalau 338 atau 340 ya. Mateng diolah TKP, 75 persen pasti terungkap," jelasnya.
Namun, kasus akan terasa sulit, lanjut mantan Kasat Resktim Polrestabes Surabaya, jika memang motifnya pembunuhan pencurian.
"Yang menjadi sulit adalah ketika jika kasus itu pencurian dan kekerasan," ujar Dedi.
Selain menunggu hasil olah TKP, polisi juga masih menunggu hasil autopsi dari pihak RS Polri, Kramatjati. Karena saat ini keempat jenazah tersebut masih berada di RS Polri.
"Hasil dari autopsi nanti dari dokter forensik pihak RS Polri sampaikan. Tunggu hasil autopsi dulu, baru bisa tahu apa motifnya," ungkap Dedi.
Yang jelas, apa pun motifnya, polisi tentu tak akan membiarkan pelaku pembunuhan itu berkeliaran dengan bebas. Kita tunggu aksi polisi meringkus pembunuh sadis keluarga Nainggolan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
No comments:
Post a Comment